AUD/USD Lanjutkan Kenaikan ke 0,6620 Setelah Laporan IHP AS, Fokus pada Inflasi AS
- AUD/USD bergerak lebih tinggi ke 0,6620 di tengah sentimen ceria di pasar dan penurunan Dolar AS.
- Data IHP AS yang persisten gagal meningkatkan daya tarik Dolar AS.
- Para ekonom memprakirakan Indeks Harga Upah Australia akan tumbuh secara stabil pada kuartal pertama tahun ini.
Pasangan AUD/USD naik lebih jauh ke 0,6620 di sesi New York Selasa ini. Aset Australia menguat karena Dolar AS berada di bawah tekanan meskipun laporan Indeks Harga Produsen (IHP) Amerika Serikat untuk bulan April ternyata sedikit panas. Indeks Dolar AS (DXY), yang melacak nilai Greenback terhadap enam mata uang utama, jatuh mendekati support penting 105,00.
Data IHP umum dan inti tahunan yang tidak memperhitungkan harga pangan dan energi yang volatil tumbuh sesuai dengan estimasi 2,2% dan 2,4%. IHP umum dan inti bulanan naik kuat 0,5%, mengalahkan konsensus dan data sebelumnya. Kenaikan harga yang dilakukan oleh para pemilik usaha sebagian besar disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku atau belanja rumah tangga yang kuat, atau kombinasi keduanya.
Peningkatan besar dalam inflasi produsen menunjukkan tanda-tanda tekanan harga yang persisten, yang dapat berdampak negatif pada spekulasi penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed), dimana pasar keuangan memprakirakan pertemuan bulan September akan menjadi titik awal.
Sementara itu, sentimen pasar positif karena para investor mengabaikan ketidakpastian data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS untuk bulan April, yang akan dirilis pada hari Rabu. S&P 500 dibuka dengan catatan sedikit bullish. Data inflasi AS tetap lebih baik dari prakiraan pada kuartal pertama tahun ini. Angka-angka yang serupa akan mengurangi prospek penurunan suku bunga The Fed sepanjang tahun ini.
Di sisi Dolar Australia, para investor menunggu data Indeks Harga Upah kuartal pertama, yang akan dipublikasikan pada hari Rabu. Data inflasi upah kuartalan dan tahunan diprakirakan terus tumbuh masing-masing 0,9% dan 4,2%. Data pertumbuhan upah yang persisten akan meningkatkan risiko inflasi, yang akan memaksa Reserve Bank of Australia (RBA) untuk mempertahankan kerangka suku bunga yang ketat untuk jangka waktu yang lebih lama.